1. Pada bidang Akidah
Salah satu pelopor pembaruan dalam dunia Islam Arab adalah suatu aliran yang
bernama Wahabiyah yang sangat berpengaruh di abad ke-19. Pelopornya adalah
Muhammad Abdul Wahab (1703-1787 M) yang berasal dari nejed, Saudi Arabia.
Pemikiran yang dikemukakan oelh Muhammada Abdul Wahab adalah upaya
memperbaiki kedudukan umat Islam dan merupakan reaksi terhadap paham tauhid
yang terdapat di kalangan umat Islam saat itu. Paham tauhid mereka telah
bercampur aduk oleh ajaran-ajaran tarikat yang sejak abad ke-13 tersebar
luas di dunia Islam
Disetiap negara Islam yang dikunjunginya, Muhammad Abdul Wahab melihat
makam-makam syekh tarikat yang bertebaran. Setiap kota bahkan desa-desa
mempunyai makam sekh atau walinya masing-masing. Ke makam-makam itulah uamt
Islam pergi dan meminta pertolongan dari syekh atau wali yang dimakamkan
disana untuk menyelesaikan masalah kehidupan mereka sehari-hari. Ada yang
meminta diberi anak, jodoh disembuhkan dari penyakit, dan ada pula yang
minta diberi kekayaan. Syekh atau wali yang telah meninggal. Syekh atau wali
yang telah meninggal dunia itu dipandang sebagai orang yang berkuasa untuk
meyelesaikan segala macam persoalan yang dihadapi manusia di dunia ini.
Perbuatan ini menurut pajam Wahabiah termasuk syirik karena permohonan dan
doa tidak lagi dipanjatkan kepada Allah SWT
Masalah tauhid memang merupakan ajaran yang paling dasar dalam Islam . oleh
karena itu, tidak mengherankan apabila Muhammad Abdul Wahab memusatkan
perhatiannya pada persoalan ini. Ia memiliki pokok-pokok pemikiran sebagai
berikut.
Yang harus disembah hanyalah Allah SWT dan orang yang menyembah selain dari
Nya telah dinyatakan sebagai musyrik
Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya
karena mereka meminta pertolongan bukan kepada Allah, melainkan kepada
syekh, wali atau kekuatan gaib. Orang Islam yang berperilaku demikian juga
dinyatakan sebagai musyrik
Menyebut nama nabi, syekh atau malaikat sebagai pengantar dalam doa juga
dikatakan sebagai syirik
Meminta syafaat selain kepada Allah juga perbuatan syrik
Bernazar kepada selain Allah juga merupakan sirik
Memperoleh pengetahuan selain dari Al Qur’an, hadis, dan qiyas merupakan
kekufuran
Tidak percaya kepada Qada dan Qadar Allah merupakan kekufuran.
Menafsirkan Al Qur’an dengan takwil atau interpretasi bebas juga termasuk
kekufuran.
Untuk mengembalikan kemurnian tauhid tersebut
,
makam-makam yang banyak dikunjungi denngan tujuan mencari syafaat,
keberuntungan dan lain-lain sehingga membawa kepada paham syirik, mereka
usahakan untuk dihapuskan. Pemikiran-pemikiran Muhammad Abdul Wahab yang
mempunyai pengaruh pada perkembangan pemikiran pembaruan di abad ke-19
adalah sebagai berikut.
Hanya alquran dan hadis yang merupakan sumber asli ajaran-ajaran Islam.
Pendapat ulama bukanlah sumber
Taklid kepada ulama tidak dibenarkan
Pintu ijtihad senantiasa terbuka dan tidak tertutup
Muhammad Abdul Wahab merupakan pemimpin yang aktif berusaha mewujudkan
pemikirannya. Ia mendapat dukungan dari Muhammad Ibn Su’ud dan putranya
Abdul Aziz di Nejed. Paham-paham Muhammad Abdul Wahab tersebar luas dan
pengikutnya bertambah banyak sehingga di tahun 1773 M mereka dapat menjadi
mayoritas di Ryadh. Di tahun 1787, beliau meninggal dunia tetapi
ajaran-ajarannya tetap hidup dan mengambil bentuk aliran yang dikenal dengan
nama Wahabiyah.
2. Pada bidang Ilmu Pengetahuan
Islam merupakan agama yang sangat mendukung kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, Islam menghendaki manusia menjalankan kehidupan yang
didasarkanpada rasioanlitas atau akal dan iman. Ayat-ayat Al Qur’an banyak
memberi tempat yang lebih tinggi kepada orang yang memiliki ilmu
pengetahuan, Islam pun menganjurkan agar manusia jangan pernah merasa puas
dengan ilmu yang telah dimilikinya karena berapapun ilmu dan pengetahuan
yang dimiliki itu, masih belum cukup untuk dapat menjawab pertanyaan atau
masalah yang ada di dunia ini. Firman Allah SWT( lihat Al_qur’an onlines di
google)
Artinya : “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepada tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya
tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah
maha perkasa lagi maha bijaksana.” (QS luqman : 27)
Ajaran Islam tersebut mendapat respon yang positif dari para pemikir Islam
sejak zaman klasik (650-1250 M), zaman pertengahan (1250-1800 M) hingga
periode modern (1800 m dan seterusnya). Masa pembaruan merupakan zaman
kebangkitan umat Islam. Jatuhnya mesir ke tangan barat menynadarkan umat
Islam bahwa di barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan
merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam mulai
memikirkan cara untul meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam. Pemikiran
dan usaha pembaruan antara lain sebagai berikut.
a. Praperiode modern (1250-1800 M)
Sebenarnya pembaruan dan perkembangan ilmu pengetahuan telah dimulai sjak
periode pertengahan, terutama pada masa kerajaan usmani. Pada abad ke-17,
mulai terjadi kemunduran khusunya ditandai oleh kekalahan-kekalahan yang
dialami melalui peperangan melawan negara-negara Eropa. Peristiwa tersebut
diawali dengan terpukul mundurnya tentara usmani ketika dikirm untuk
menguasai wina pada tahun 1683. kerajaan usmani menyerahkan Hungaria kepada
Austria, daerah Podolia kepada Polandia, dan Azov kepada Rusia dengan
perjanjian Carlowiz yang ditandatangani tahun 1699
Kekalahan yang menyakitkan ini mendorong raja-raja dan pemuka-pemuka
kerajaan usmani mengadakan berbagai penelitian untuk menyelidiki sebab-sebab
kekalahan mereka dan rahasia keunggulan lawan. Mereka mulai memperhatikan
kemajuan Eropa, terutama Prancis sebagai negara yang terkemuka pada waktu
itu. Negara Eropa mulai mempunyai arti yang penting bagi cendikiawan atau
pemuka-pemuka usmani. Orang-orang Eropa yang selama ini dipandang sebagai
kafir dan rendah mulai dihargai. Bahkan, duta-dutapun dikirim ke Eropa untuk
mempelajari kemajuan berbagai disiplin ilmu serta suasana dari dekat
Pada tahun 1720, Celebi Mehmed diangkat subagai duta di Paris dengan tugas
khusu mengunjungi pabrik-pabrik, benteng-benteng pertahanan, dan
institusi-institusi lainnya serta memberi laporan tentang kemajuan tekhnik,
organisasi angkatan perang modern, rumah sakit, observatorium, peraturan,
karantina, kebun binatang, adat istiadat dan lain sebagainya seperti ia
lihat di Perancis. Di tahun 1741 M anaknya, Said Mehmed dikirim pula ke
paris
Laporan-laporan kedua duta ini menarik perhatian Sultan Ahmad III (1703-1730
M) untuk memulai pembaruan di kerajaan Usmani. Pada tahun 1717 M, seorang
perwira Perancis bernama De Rochefart datang ke Istanbul dengan usul
membentuk suatu korps artileri tentara Usmani berdasarkan ilmu-ilmu
kemiliteran modern. Di tahun 1729, datang lagi seorang Perancis yakni Comte
De Bonneval yang kemudia masuk Islam dengan nama baru Humbaraci Pasya. Ia
bertugas melatih tentara usmani untuk memakai alat-alat (meriam) modern.
Untuk menjalankan tugas ini, ia dibantu oleh Macarthy dari Irlandia, Ramsay
dari Skotlandia dan Mornai dari Perancis. Atas usaha ahli-ahli Eropa inilah,
taktik dan teknik militer ,odern pun dimasukkan ke dalam angkatan perang
usmani. Maka pada tahun 1734 M, dibuka sekolah teknik militer untuk pertama
kalinya.
Dalam bidang non militer, pemikiran dan usaha pembaruan dicetuskan oleh
Ibrahim Mutafarrika (1670-1754 M). Ia memperkenalkan ilmu-ilmu pengetahuan
modern dan kemajuan barat kepada masyarakat turki yang disertai pula oleh
usha penerjemahan buku-buku barat ke dalam bahasa turki. Suatu badan
penerjemah yang terdiri atas 25 orang anggota dibentuk pada tahun 1717 M
Sarjana atau filsuf Islam yang termasyur, baik didunia Islam atau barat
ialah Ibnu Sina (1031 M) dan Ibnu Rusyd (1198 M). Dalam bidang seni atau
syair, penyair persia Umar Khayam (1031 M) dan penyair lirik Hafiz (1389 M)
yang dijuluki Lisan Al Gaib atau suara dari dunia gaib, sangat dikenal luas
saat itu
b. Pembaruan pada periode modern (1800 M – dan seterusnya)
Kaum muslim memiliki banyak sekali tokoh - tokoh pembaruan yang pokok -
pokok pemikirannya maupun jasa-jasanya di berbagai bidang telah memberikan
sumbangsih bagi uamt Islam di dunia. Beberapa tokoh yang terkenal dalam
dunia ilmu pengetahuan atau pemikiran Islam tersebut antara lain sebagai
berikut.
1) Jamaludin Al Afgani (Iran 1838 – Turki 1897)
Salah satu sumbangan terpenting di dunia Islam diberikan oleh sayid
Jamaludin Al Afgani. Gagasannya mengilhami kaum muslim di Turki, Iran, mesir
dan India. Meskipun sangant anti imperialisme Eropa, ia mengagungkan
pencapaian ilmu pengetahuan barat. Ia tidak melihat adanya kontradiksi
antara Islam dan ilmu pengetahuan. Namun, gagasannya untuk mendirikan sebuah
universitas yang khusus mengajarkan ilmu pengetahuan modern di Turki
menghadapi tantangan kuat dari para ulama. Pada akhirnya ia diusir dari
negara tersebut.
2) Muhammad Abduh (mesir 1849-1905) dan Muhammad Rasyd Rida (Suriah
1865-1935)
Guru dan murid tersebut sempat mengunjungi beberapa negara Eropa dan amat
terkesan dengan pengalaman mereka disana. Rasyd Rida mendapat pendidikan
Islam tradisional dan menguasai bahasa asing (Perancis dan Turki) yang
menjadi jalan masuknya untuk mempelajari ilmu pengetahuan secara umum. Oelh
karena itu, tidak sulit bagi Rida untuk bergabung dengan gerakan pembaruan
Al Afgani dan Muhammad Abduh di antaranya melalui penerbitan jurnal Al Urwah
Al Wustha yang diterbitkan di paris dan disebarkan di Mesir. Muhammad Abduh
sebagaimana Muhammad Abdul Wahab dan Jamaludin Al Afgani, berpendapat bahwa
masuknya bermacam bid’ah ke dalam ajaran Islam membuat umat Islam lupa akan
ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Bid’ah itulah yang menjauhkan
masyarakat Islam dari jalan yang sebenarnya.
3) Toha Husein (Mesir Selatan 1889-1973)
Toha husein adalah seorang sejarawan dan filsuf yang amat mendukung gagasan
Muhammad Ali Pasya. Ia merupakan pendukung modernisme yang gigih.
Pengadopsian terhadap ilmu pengetahuan modern tidak hanya penting dari sudut
nilai praktis (kegunan)nya saja, tetapi juga sebagai perwujudan suatu
kebudayaan yang amat tinggi. Pandangannya dianggap sekularis karena
mengunggulkan ilmu pengetahuan.
4) Sayid Qutub (Mesir 1906-1966) dan Yusuf Al Qardawi.
Al qardawi menekankan perbedaan modernisasi dan pembaratan. Jika modernisasi
yang dimaksud bukan berarti upaya pembaratan dan memiliki batasan pada
pemanfaatan ilmu pengetahuan modern serta penerapan tekhnologinya, Islam
tidak menolaknya bahkan mendukungnya. Pandangan al qardawi ini cukup
mewakili pandangan mayoritas kaum muslimin. Secara umum, dunia Islam relatif
terbuka untuk menerima ilmu pengetahuan dan tekhnologi sejauh
memperhitungkan manfaat praktisnya. Pandangan ini kelak terbukti dan tetap
bertahan hingga kini di kalangan muslim. Akan tetapi, dikalangan pemikir
yang mempelajari sejarah dan filsafat ilmu pengetahuan, gagasan seperti ini
tidak cukup memuaskan mereka.
5) Sir Sayid Ahmad Khan (india 1817-189
Sir Sayid Ahmad Khan adalah pemikir yang menyerukan saintifikasi masyarakat
muslim. Seperti halnya Al Afgani, ia menyerukan kaum muslim untuk meraih
ilmu pengetahuan modern. Akan tetapi, berbeda dengan Al Afgani ia melihat
adanya kekuatan yang membebaskan dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi
modern. Kekuatan pembebas itu antara lain meliputi penjelasan mengenai suatu
peristiwa dengan sebab-sebabnya yang bersifat fisik materiil. Di barat,
nilai-nilai ini telah membebaskan orang dari tahayuldan cengkeraman
kekuasaan gereja. Kini, dengan semangat yang sama, Ahmad Khan merasa wajib
membebaskan kaum muslim dengan melenyapkan unsur yang tidak ilmiah dari
pemahaman terhadap Al Qur’an. Ia amat serius dengan upayanya ini antara lain
dengan menciptakan sendiri metode baru penafsiran Al Qur’an. Hasilnya adalah
teologi yang memiliki karakter atau sifat ilmiah dalam tafsir Al Qur’an
6) Sir Muhammad Iqbal (Punjab 1873-193
Generasi awal abad ke-20 adalah Sir Muhammad Iqbal yang merupakan salah
seorang muslim pertama di anak benua India yang sempat mendalami pemikiran
barat modern dan mempunyai latar belakang pendidikan yang bercorak
tradisional Islam. Kedua hal ini muncul dari karya utamanya di tahun 1930
yang berjudul The Reconstruction of Religious Thought in Islam (Pembangunan
Kembali Pemikiran Keagamaan dalam Islam). Melalui penggunaan istilah
recontruction, ia mengungkapkan kembali pemikiran keagamaan Islam dalam
bahasa modern untuk dikonsumsi generasi baru muslim yang telah berkenalan
dengan perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan dan filsafat barat abad ke-20
B. Perkembangan Kebudayaan pada masa Pemabaharuan
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah Islam dengan keberhasilannya mendirikan
dua dinasti yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Dinasti Turki Usmani. Di dunia
Islam, ilmu pengetahuan modern mulai menjadi tantangan nyata sejak akhir
abad ke-18, terutama sejak Napoleon Bonaparte menduduki Mesir pada tahun
1798 dan semakin meningkat setelah sebagian besar dunia Islam menjadi
wilayah jajahan atau dibawah pengaruh Eropa.akhirnya serangkaian kekalahan
berjalan hingga memuncak dengan jatuhnya dinasti Usmani di Turki. Proses ini
terutama disebabkan oleh kemjuan tekhnologi barat. Setelah pendudukan
Napoleon, Muhammad Ali memainkan peranan penting dalam kampanye militer
melawan Perancis. Ia diangkat oleh pengusaha Usmani menjadi Pasya pada tahun
1805 dan memerintah Mesir hingga tahun 1894
Buku-buku ilmu pengetahuan dalam bahasa Arab diterbitkan. Akan tetapi, saat
itu terdapat kontroversial percetakan pertama yang didirikan di Mesir
ditentang oleh para ulama karena salah satu alatnya menggunakan kulit babi.
Muhammad Ali Pasya mendirikan beberapa sekolah tekhnik dengan guru-gurunya
dari luar negaranya. Ia mengirim lebih dari 4000 pelajar ke Eropa untuk
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Kebudayaan turki merupakan perpaduan antara kebudayaan Persia, Bizantium dan
Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak menerima ajaran-ajaran tentang
etika dan tatakrama kehidupan kerajaan atau organisasi pemerintahan. Prinsip
kemiliteran mereka dapatkan dari Bizantium, sedangkan dari Arab, mereka
mendapat ajaran tentang prinsip ekonomi, kemasyarakatan, dan ilmu
pengetahuan.
Orang-orang Turki Usmani dikenal sebagai bangsa yang senang dan mudah
berasimilasi dengan bangsa lain dan bersikap terbuka terhadap kebudayaaan
luar. Para ilmuwan ketika itu tidak menonjol. Namun demikian, mereka banyak
berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan
masjid yang indah seperti masjid Sultan Muhammad Al Fatih, masjid Sulaiman,
dan masjid Abu Ayub Al Ansari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan
kaligrafi yang indah. Salah satu masjid yang terkenal dengan keindahan
kaligrafinya adalah masjid yang awalnya berasalh dari gereja Aya Sophia.
Islam dan kebudayaannya tidak hanya merupakan warisan dari masa silam yang
gemilang, namun juga salah satu kekuatan penting yang cukup diperhitungkan
dunia dewasa ini. Al Qur’an terus menerus dibaca dan dikaji oleh kaum
muslim. Budaya Islam pun tetap merupakan faktor pendorong dalam membentuk
kehidupan manusia di permukaan bumi.
Toleransi beragama merupakan salah satu kebudayaan Islam dan tidak ada
satupun ajaran Islam yang bersifat rasialisme. Dalam hal ini, agama yang
ditegakkan oleh Nabi Muhammad mengandung amanat yang mendorong kemajuan bagi
seluruh umat manusia, khusunya umat Islam di dunia.
C. Manfaat Sejarah Islam pada Masa Pembaruan
1. Sejarah dikemukakan dalam Al Qur’an sebagai kisah atau peristiwa yang
dialami umat manusia di masa lalu. Orang yang tidak mau mengambil hikmah
dari sejarah mendapat kecaman karena mereka tidak mendapat pelajaran apapun
dari kisah dalam Al Qur’an. Melalui sejarah, kita dapat mencari upaya
antisipasi agar kekeliruan yang mengakibatkan kegagalan di masa lalu tidak
terulang di masa yang akan datang.
2. Pelajaran yang dapat diambil dari sejarah dapat menjadi pilihan ketika
mengambil sikap. Bagi orang yang mengambil jalan sesuai dengan ajaran dan
petunjuk Nya, orang tersebut akan mendapat keselamatan
3. pembaruan akan memberi manfaat berupa inspirasi unutk mengadakan
perubahan-perubahan sehingga suatu pekerjaan akan menajdi lebih efektif dan
efisien
4. dalam sejarah, dikemukakan pula masalah sosial dan politik yang terdapat
di kalangan bangsa-bangsa terdahulu. Semua itu agar menjadi perhatian dan
menjadi pelajaran ketika menghadapi permasalahan yang mungkin akan terjadi
5. pembaruan mempunyai pengaruh besar pada setiap pemerintahan. Sebagai
contoh, pada zaman Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan madrasah
tradisional tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman abad ke-19. oleh karena
itu, dibuatlah pembaruan-pembaruan di bidang pendidikan yang memasukkan
unsur ilmu pengetahuan umum ke dalam sistem pendidikan negara tersebut.
6. corak atau bentuk negara dianggap kalangan tertentu bukan persoalan
agama, tetapi persoalan duniawi sehingga hal tersebut diserhakan kepada
manusia untuk menentukannya. Hal seperti ini dilakukan oleh Mustafa Kemal
Pasya dalam menghapus sistem kekhilafan dari kerajaan Usmani.
D. Perilaku Cerminan Penghayatan terhadap Sejarah Islam pada Masa Pembaruan
Ada beberapa perlaku yang dapat dijadikan cerminan terhadap penghayatan akan
sejarah perkembangan Islam pada masa pembaruan ini. Hal-hal tersebut adalah
sebagai berikut.
Menyikapi kejadian masa lalu dengan sikap sabar dan menanamkan jihad yang
sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan hadis
Sejarah dapat dijadikan sumber inspirasi untuk membuat langkah-langakah
inovatif agar kehidupan menusia dapat damai dan sejahtera baik di dunia
maupun di akhirat.
Memotivasi diri terhadap masa depan agar memperoleh kemajuan serta
mengupayakan agar sejarah yang mengandung nilai negatif atau kurang baik
tidak akan terualng kembali.
Membangun masa depan berdasarkan pijakan-pijakan yang telah ada di masa lalu
sehingga dapat membangun negara senantiasa menjadi baldatun tayyibatun wa
rabbun gafur atau negara yang baik dan mendapat ampunan dari Allah SWT
Ilmu pengetahuan dan tekhnologi di masa pembaruan cukup canggih dan
menakjubkan sehingga melalui proses belajar akan dapat diperoleh kemajuan
yang lebih baik bagi gemerasi-generasi muslim di masa depan.
E. Pengaruh Perkembangan Dunia Islam terhadap Umat Islam di Indonesia
Pembaruan di negara-negara timur tengah tidak hanya tersebar di lingkungan
mereka sendiri, namun juga meluas hingga ke Indonesia. Pengaruh-pengaruh
dari pembaruan tersebut antara lain sebagai berikut.
Gema pembaruan yang dilakukan oleh Jamaludin Al Afgani an syekh Muhammadn
Abdul Wahhab sampai juga ke Indonesia, terutama terhadap tokoh-tokoh seperti
Haji Muhammad Miskin (Kabupaten Agam, Sumatera Barat), Haji Abdur Rahman
(Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat), dan Haji Salman Faris
(Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat). Mereka dikenal dengan nama Haji
Miskin, Haji Pioabang dan Haji sumaniik. Sepulang dari tanah suci, mereka
terilhami oleh paham syekh Muhammad Abdul Wahhab. Mereka pulang dari tanah
suci pada tahun 1803 M dan sebagai pengaruh pemikiran para pembaru timur
tengah tersebut adalah timbulnya gerakan paderi. Gerakan tersebut ingin
membersihkan ajaran Islam yang telah bercampur-baur dengan
perbuatan-perbuatan yang bukan Islam. Hal ini menimbulkan pertentangan
antara golongan adat dan golongan Paderi.
Pada tahun 1903 M murid-murid dari Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawy,
seorang ulama besar bangsa Indonesia di makkah yang mendapat kedudukan mulia
di kalangan masyarakat dan pemerintahan Arab, kembali dari tanah suci.
Murid-murid dari syekh ahmad inilah yang menjadi pelopor gerakan pembaruan
di minangkabau dan akhirnya berkembang ke seluruh Indonesia. Mereka antara
lain sebagai berikut : Syekh Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka),
Syekh Daud Rasyidi, Syekh Jamil Jambik dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (pendiri
Muhammadiyah)
Munculnya berbagai organisasi dan kelembagaan Islam modern di Indonesia pada
awal abad ke-20, baik yang bersifat keagamaan, politik maupun ekonomi.
Organisasi tersebut ialah sebagai berikut.
a. Jamiatul Khair (1905 M) yang merupakan wadah lembaga pendidikan dan
pengkaderan generasi muda penerus perjuangan Islam dan berlokasi di Jakarta
b. Muhammadiyah (18 November 1912) yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan. Ia
memiliki pemikiran yang tidak menghendaki berkembangnya bid’ah, tahayul
kurafat dan mengembalikan ajaran Islam yang sesuai dengan Al Qur’an dan
hadis di Yogyakarta
c. Al Irsyad (1914 M) dibawah pimpinan Ahmad Sukarti dan bertempat di
Jakarta.
d. Persatuan Islam (persis) dibawah pimpinan Ahmad Hasan yang didirikan
tahun 1923 di Bandung. Al Irsyad dan Persis memiliki bentuk gerakan yang
hampir sama dengan Muhammadiyah.
e. Seriakt Dagang Islam (1911) di bawah pimpinan Haji Samanhudi di Solo.
Pada awalnya gerakan tersebut bersifat ekonomi dan keagamaan. Akan tetapi
kemudian berubah menjadi kegiatan yang bersifat politik. Terjadi perubahan
kembali menjadi Partai Serikat Islam dan pada tahun 1929 kembali berubah
menjadi PSII (partai Serikat Islam Indonesia).
f. Jamiyatul Nahdatul Ulama (NU) yang lahir 13 Januari 1926 di surabaya di
bawah pimpinan KH Hasym Asyari. Nahdatul Ulama merupakan wadah para ulama di
dalam tugas memimpin masyarakat muslim menuju cita-cita kejayaan Islam.
Gerkannya kemudian juga berubah ke arah politik
g. Matla’ul Anwar (1905) di Menes, Banten yang didirikan oleh KH M. Yasin.
Organisasi ini bersifat sosial keagamaan dan pendidikan.
h. Pergerakan Tarbiyah (Perti) di Sumatera Barat yang didirikan oleh Syekh
Sulaiman Ar Rasuli pada tahun 1928. organisasi ini bergerak di bidang
pendidikan, membasmi bid’ah, khurafat dan tahayul serta taklid di kalangan
umat Islam
i. Persatuan Muslim Indonesia (Permi) yang didirikan pada tanggal 22 mei
1930 di bukit tinggi. Organisasi ini pada mulanya bersifat keagamaan, tetapi
kemudian menjadi partai politik yang menuntut kemerdekaan Indonesia.
Pemimpinnya adalah Muchtar Lutfi
j. Majlis Islam ‘Ala Indonesia yang didirikan atas prakarsa KH Ahmad Dahlan
dan KH Mas Mansur pada tahun 1937. pada mulanya organisasi ini tidak
terlibat pada kegiatan politik, tapi pada akhirnya terlibat pula dalam
politik praktis yaitu dengan melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa gerakan pembaruan yang menyebabkan
lahirnya organisasi keagamaan pada mulanya bersifat keagamaan, tetapi
seiring dengan kondisi masyarakat pada saat itu kemudian menjelma menjadi
kegiatan politik yang menuntut kemerdekaan Indonesia dan hal tersebut
dirasakan mendapat pengaruh yang signifikan dari pemikir-pemikir para
pembaru Islam, baik di tingkat nasional maupun internasional.
**HOLBLEURASHTER IN
NETWORKS
makam-makam yang banyak dikunjungi denngan tujuan mencari syafaat,
keberuntungan dan lain-lain sehingga membawa kepada paham syirik, mereka
usahakan untuk dihapuskan. Pemikiran-pemikiran Muhammad Abdul Wahab yang
mempunyai pengaruh pada perkembangan pemikiran pembaruan di abad ke-19
adalah sebagai berikut.
Hanya alquran dan hadis yang merupakan sumber asli ajaran-ajaran Islam.
Pendapat ulama bukanlah sumber
Taklid kepada ulama tidak dibenarkan
Pintu ijtihad senantiasa terbuka dan tidak tertutup
Muhammad Abdul Wahab merupakan pemimpin yang aktif berusaha mewujudkan
pemikirannya. Ia mendapat dukungan dari Muhammad Ibn Su’ud dan putranya
Abdul Aziz di Nejed. Paham-paham Muhammad Abdul Wahab tersebar luas dan
pengikutnya bertambah banyak sehingga di tahun 1773 M mereka dapat menjadi
mayoritas di Ryadh. Di tahun 1787, beliau meninggal dunia tetapi
ajaran-ajarannya tetap hidup dan mengambil bentuk aliran yang dikenal dengan
nama Wahabiyah.
2. Pada bidang Ilmu Pengetahuan
Islam merupakan agama yang sangat mendukung kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, Islam menghendaki manusia menjalankan kehidupan yang
didasarkanpada rasioanlitas atau akal dan iman. Ayat-ayat Al Qur’an banyak
memberi tempat yang lebih tinggi kepada orang yang memiliki ilmu
pengetahuan, Islam pun menganjurkan agar manusia jangan pernah merasa puas
dengan ilmu yang telah dimilikinya karena berapapun ilmu dan pengetahuan
yang dimiliki itu, masih belum cukup untuk dapat menjawab pertanyaan atau
masalah yang ada di dunia ini. Firman Allah SWT( lihat Al_qur’an onlines di
google)
Artinya : “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepada tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya
tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah
maha perkasa lagi maha bijaksana.” (QS luqman : 27)
Ajaran Islam tersebut mendapat respon yang positif dari para pemikir Islam
sejak zaman klasik (650-1250 M), zaman pertengahan (1250-1800 M) hingga
periode modern (1800 m dan seterusnya). Masa pembaruan merupakan zaman
kebangkitan umat Islam. Jatuhnya mesir ke tangan barat menynadarkan umat
Islam bahwa di barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan
merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam mulai
memikirkan cara untul meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam. Pemikiran
dan usaha pembaruan antara lain sebagai berikut.
a. Praperiode modern (1250-1800 M)
Sebenarnya pembaruan dan perkembangan ilmu pengetahuan telah dimulai sjak
periode pertengahan, terutama pada masa kerajaan usmani. Pada abad ke-17,
mulai terjadi kemunduran khusunya ditandai oleh kekalahan-kekalahan yang
dialami melalui peperangan melawan negara-negara Eropa. Peristiwa tersebut
diawali dengan terpukul mundurnya tentara usmani ketika dikirm untuk
menguasai wina pada tahun 1683. kerajaan usmani menyerahkan Hungaria kepada
Austria, daerah Podolia kepada Polandia, dan Azov kepada Rusia dengan
perjanjian Carlowiz yang ditandatangani tahun 1699
Kekalahan yang menyakitkan ini mendorong raja-raja dan pemuka-pemuka
kerajaan usmani mengadakan berbagai penelitian untuk menyelidiki sebab-sebab
kekalahan mereka dan rahasia keunggulan lawan. Mereka mulai memperhatikan
kemajuan Eropa, terutama Prancis sebagai negara yang terkemuka pada waktu
itu. Negara Eropa mulai mempunyai arti yang penting bagi cendikiawan atau
pemuka-pemuka usmani. Orang-orang Eropa yang selama ini dipandang sebagai
kafir dan rendah mulai dihargai. Bahkan, duta-dutapun dikirim ke Eropa untuk
mempelajari kemajuan berbagai disiplin ilmu serta suasana dari dekat
Pada tahun 1720, Celebi Mehmed diangkat subagai duta di Paris dengan tugas
khusu mengunjungi pabrik-pabrik, benteng-benteng pertahanan, dan
institusi-institusi lainnya serta memberi laporan tentang kemajuan tekhnik,
organisasi angkatan perang modern, rumah sakit, observatorium, peraturan,
karantina, kebun binatang, adat istiadat dan lain sebagainya seperti ia
lihat di Perancis. Di tahun 1741 M anaknya, Said Mehmed dikirim pula ke
paris
Laporan-laporan kedua duta ini menarik perhatian Sultan Ahmad III (1703-1730
M) untuk memulai pembaruan di kerajaan Usmani. Pada tahun 1717 M, seorang
perwira Perancis bernama De Rochefart datang ke Istanbul dengan usul
membentuk suatu korps artileri tentara Usmani berdasarkan ilmu-ilmu
kemiliteran modern. Di tahun 1729, datang lagi seorang Perancis yakni Comte
De Bonneval yang kemudia masuk Islam dengan nama baru Humbaraci Pasya. Ia
bertugas melatih tentara usmani untuk memakai alat-alat (meriam) modern.
Untuk menjalankan tugas ini, ia dibantu oleh Macarthy dari Irlandia, Ramsay
dari Skotlandia dan Mornai dari Perancis. Atas usaha ahli-ahli Eropa inilah,
taktik dan teknik militer ,odern pun dimasukkan ke dalam angkatan perang
usmani. Maka pada tahun 1734 M, dibuka sekolah teknik militer untuk pertama
kalinya.
Dalam bidang non militer, pemikiran dan usaha pembaruan dicetuskan oleh
Ibrahim Mutafarrika (1670-1754 M). Ia memperkenalkan ilmu-ilmu pengetahuan
modern dan kemajuan barat kepada masyarakat turki yang disertai pula oleh
usha penerjemahan buku-buku barat ke dalam bahasa turki. Suatu badan
penerjemah yang terdiri atas 25 orang anggota dibentuk pada tahun 1717 M
Sarjana atau filsuf Islam yang termasyur, baik didunia Islam atau barat
ialah Ibnu Sina (1031 M) dan Ibnu Rusyd (1198 M). Dalam bidang seni atau
syair, penyair persia Umar Khayam (1031 M) dan penyair lirik Hafiz (1389 M)
yang dijuluki Lisan Al Gaib atau suara dari dunia gaib, sangat dikenal luas
saat itu
b. Pembaruan pada periode modern (1800 M – dan seterusnya)
Kaum muslim memiliki banyak sekali tokoh - tokoh pembaruan yang pokok -
pokok pemikirannya maupun jasa-jasanya di berbagai bidang telah memberikan
sumbangsih bagi uamt Islam di dunia. Beberapa tokoh yang terkenal dalam
dunia ilmu pengetahuan atau pemikiran Islam tersebut antara lain sebagai
berikut.
1) Jamaludin Al Afgani (Iran 1838 – Turki 1897)
Salah satu sumbangan terpenting di dunia Islam diberikan oleh sayid
Jamaludin Al Afgani. Gagasannya mengilhami kaum muslim di Turki, Iran, mesir
dan India. Meskipun sangant anti imperialisme Eropa, ia mengagungkan
pencapaian ilmu pengetahuan barat. Ia tidak melihat adanya kontradiksi
antara Islam dan ilmu pengetahuan. Namun, gagasannya untuk mendirikan sebuah
universitas yang khusus mengajarkan ilmu pengetahuan modern di Turki
menghadapi tantangan kuat dari para ulama. Pada akhirnya ia diusir dari
negara tersebut.
2) Muhammad Abduh (mesir 1849-1905) dan Muhammad Rasyd Rida (Suriah
1865-1935)
Guru dan murid tersebut sempat mengunjungi beberapa negara Eropa dan amat
terkesan dengan pengalaman mereka disana. Rasyd Rida mendapat pendidikan
Islam tradisional dan menguasai bahasa asing (Perancis dan Turki) yang
menjadi jalan masuknya untuk mempelajari ilmu pengetahuan secara umum. Oelh
karena itu, tidak sulit bagi Rida untuk bergabung dengan gerakan pembaruan
Al Afgani dan Muhammad Abduh di antaranya melalui penerbitan jurnal Al Urwah
Al Wustha yang diterbitkan di paris dan disebarkan di Mesir. Muhammad Abduh
sebagaimana Muhammad Abdul Wahab dan Jamaludin Al Afgani, berpendapat bahwa
masuknya bermacam bid’ah ke dalam ajaran Islam membuat umat Islam lupa akan
ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Bid’ah itulah yang menjauhkan
masyarakat Islam dari jalan yang sebenarnya.
3) Toha Husein (Mesir Selatan 1889-1973)
Toha husein adalah seorang sejarawan dan filsuf yang amat mendukung gagasan
Muhammad Ali Pasya. Ia merupakan pendukung modernisme yang gigih.
Pengadopsian terhadap ilmu pengetahuan modern tidak hanya penting dari sudut
nilai praktis (kegunan)nya saja, tetapi juga sebagai perwujudan suatu
kebudayaan yang amat tinggi. Pandangannya dianggap sekularis karena
mengunggulkan ilmu pengetahuan.
4) Sayid Qutub (Mesir 1906-1966) dan Yusuf Al Qardawi.
Al qardawi menekankan perbedaan modernisasi dan pembaratan. Jika modernisasi
yang dimaksud bukan berarti upaya pembaratan dan memiliki batasan pada
pemanfaatan ilmu pengetahuan modern serta penerapan tekhnologinya, Islam
tidak menolaknya bahkan mendukungnya. Pandangan al qardawi ini cukup
mewakili pandangan mayoritas kaum muslimin. Secara umum, dunia Islam relatif
terbuka untuk menerima ilmu pengetahuan dan tekhnologi sejauh
memperhitungkan manfaat praktisnya. Pandangan ini kelak terbukti dan tetap
bertahan hingga kini di kalangan muslim. Akan tetapi, dikalangan pemikir
yang mempelajari sejarah dan filsafat ilmu pengetahuan, gagasan seperti ini
tidak cukup memuaskan mereka.
5) Sir Sayid Ahmad Khan (india 1817-189
Sir Sayid Ahmad Khan adalah pemikir yang menyerukan saintifikasi masyarakat
muslim. Seperti halnya Al Afgani, ia menyerukan kaum muslim untuk meraih
ilmu pengetahuan modern. Akan tetapi, berbeda dengan Al Afgani ia melihat
adanya kekuatan yang membebaskan dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi
modern. Kekuatan pembebas itu antara lain meliputi penjelasan mengenai suatu
peristiwa dengan sebab-sebabnya yang bersifat fisik materiil. Di barat,
nilai-nilai ini telah membebaskan orang dari tahayuldan cengkeraman
kekuasaan gereja. Kini, dengan semangat yang sama, Ahmad Khan merasa wajib
membebaskan kaum muslim dengan melenyapkan unsur yang tidak ilmiah dari
pemahaman terhadap Al Qur’an. Ia amat serius dengan upayanya ini antara lain
dengan menciptakan sendiri metode baru penafsiran Al Qur’an. Hasilnya adalah
teologi yang memiliki karakter atau sifat ilmiah dalam tafsir Al Qur’an
6) Sir Muhammad Iqbal (Punjab 1873-193
Generasi awal abad ke-20 adalah Sir Muhammad Iqbal yang merupakan salah
seorang muslim pertama di anak benua India yang sempat mendalami pemikiran
barat modern dan mempunyai latar belakang pendidikan yang bercorak
tradisional Islam. Kedua hal ini muncul dari karya utamanya di tahun 1930
yang berjudul The Reconstruction of Religious Thought in Islam (Pembangunan
Kembali Pemikiran Keagamaan dalam Islam). Melalui penggunaan istilah
recontruction, ia mengungkapkan kembali pemikiran keagamaan Islam dalam
bahasa modern untuk dikonsumsi generasi baru muslim yang telah berkenalan
dengan perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan dan filsafat barat abad ke-20
B. Perkembangan Kebudayaan pada masa Pemabaharuan
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah Islam dengan keberhasilannya mendirikan
dua dinasti yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Dinasti Turki Usmani. Di dunia
Islam, ilmu pengetahuan modern mulai menjadi tantangan nyata sejak akhir
abad ke-18, terutama sejak Napoleon Bonaparte menduduki Mesir pada tahun
1798 dan semakin meningkat setelah sebagian besar dunia Islam menjadi
wilayah jajahan atau dibawah pengaruh Eropa.akhirnya serangkaian kekalahan
berjalan hingga memuncak dengan jatuhnya dinasti Usmani di Turki. Proses ini
terutama disebabkan oleh kemjuan tekhnologi barat. Setelah pendudukan
Napoleon, Muhammad Ali memainkan peranan penting dalam kampanye militer
melawan Perancis. Ia diangkat oleh pengusaha Usmani menjadi Pasya pada tahun
1805 dan memerintah Mesir hingga tahun 1894
Buku-buku ilmu pengetahuan dalam bahasa Arab diterbitkan. Akan tetapi, saat
itu terdapat kontroversial percetakan pertama yang didirikan di Mesir
ditentang oleh para ulama karena salah satu alatnya menggunakan kulit babi.
Muhammad Ali Pasya mendirikan beberapa sekolah tekhnik dengan guru-gurunya
dari luar negaranya. Ia mengirim lebih dari 4000 pelajar ke Eropa untuk
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Kebudayaan turki merupakan perpaduan antara kebudayaan Persia, Bizantium dan
Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak menerima ajaran-ajaran tentang
etika dan tatakrama kehidupan kerajaan atau organisasi pemerintahan. Prinsip
kemiliteran mereka dapatkan dari Bizantium, sedangkan dari Arab, mereka
mendapat ajaran tentang prinsip ekonomi, kemasyarakatan, dan ilmu
pengetahuan.
Orang-orang Turki Usmani dikenal sebagai bangsa yang senang dan mudah
berasimilasi dengan bangsa lain dan bersikap terbuka terhadap kebudayaaan
luar. Para ilmuwan ketika itu tidak menonjol. Namun demikian, mereka banyak
berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan
masjid yang indah seperti masjid Sultan Muhammad Al Fatih, masjid Sulaiman,
dan masjid Abu Ayub Al Ansari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan
kaligrafi yang indah. Salah satu masjid yang terkenal dengan keindahan
kaligrafinya adalah masjid yang awalnya berasalh dari gereja Aya Sophia.
Islam dan kebudayaannya tidak hanya merupakan warisan dari masa silam yang
gemilang, namun juga salah satu kekuatan penting yang cukup diperhitungkan
dunia dewasa ini. Al Qur’an terus menerus dibaca dan dikaji oleh kaum
muslim. Budaya Islam pun tetap merupakan faktor pendorong dalam membentuk
kehidupan manusia di permukaan bumi.
Toleransi beragama merupakan salah satu kebudayaan Islam dan tidak ada
satupun ajaran Islam yang bersifat rasialisme. Dalam hal ini, agama yang
ditegakkan oleh Nabi Muhammad mengandung amanat yang mendorong kemajuan bagi
seluruh umat manusia, khusunya umat Islam di dunia.
C. Manfaat Sejarah Islam pada Masa Pembaruan
1. Sejarah dikemukakan dalam Al Qur’an sebagai kisah atau peristiwa yang
dialami umat manusia di masa lalu. Orang yang tidak mau mengambil hikmah
dari sejarah mendapat kecaman karena mereka tidak mendapat pelajaran apapun
dari kisah dalam Al Qur’an. Melalui sejarah, kita dapat mencari upaya
antisipasi agar kekeliruan yang mengakibatkan kegagalan di masa lalu tidak
terulang di masa yang akan datang.
2. Pelajaran yang dapat diambil dari sejarah dapat menjadi pilihan ketika
mengambil sikap. Bagi orang yang mengambil jalan sesuai dengan ajaran dan
petunjuk Nya, orang tersebut akan mendapat keselamatan
3. pembaruan akan memberi manfaat berupa inspirasi unutk mengadakan
perubahan-perubahan sehingga suatu pekerjaan akan menajdi lebih efektif dan
efisien
4. dalam sejarah, dikemukakan pula masalah sosial dan politik yang terdapat
di kalangan bangsa-bangsa terdahulu. Semua itu agar menjadi perhatian dan
menjadi pelajaran ketika menghadapi permasalahan yang mungkin akan terjadi
5. pembaruan mempunyai pengaruh besar pada setiap pemerintahan. Sebagai
contoh, pada zaman Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan madrasah
tradisional tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman abad ke-19. oleh karena
itu, dibuatlah pembaruan-pembaruan di bidang pendidikan yang memasukkan
unsur ilmu pengetahuan umum ke dalam sistem pendidikan negara tersebut.
6. corak atau bentuk negara dianggap kalangan tertentu bukan persoalan
agama, tetapi persoalan duniawi sehingga hal tersebut diserhakan kepada
manusia untuk menentukannya. Hal seperti ini dilakukan oleh Mustafa Kemal
Pasya dalam menghapus sistem kekhilafan dari kerajaan Usmani.
D. Perilaku Cerminan Penghayatan terhadap Sejarah Islam pada Masa Pembaruan
Ada beberapa perlaku yang dapat dijadikan cerminan terhadap penghayatan akan
sejarah perkembangan Islam pada masa pembaruan ini. Hal-hal tersebut adalah
sebagai berikut.
Menyikapi kejadian masa lalu dengan sikap sabar dan menanamkan jihad yang
sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan hadis
Sejarah dapat dijadikan sumber inspirasi untuk membuat langkah-langakah
inovatif agar kehidupan menusia dapat damai dan sejahtera baik di dunia
maupun di akhirat.
Memotivasi diri terhadap masa depan agar memperoleh kemajuan serta
mengupayakan agar sejarah yang mengandung nilai negatif atau kurang baik
tidak akan terualng kembali.
Membangun masa depan berdasarkan pijakan-pijakan yang telah ada di masa lalu
sehingga dapat membangun negara senantiasa menjadi baldatun tayyibatun wa
rabbun gafur atau negara yang baik dan mendapat ampunan dari Allah SWT
Ilmu pengetahuan dan tekhnologi di masa pembaruan cukup canggih dan
menakjubkan sehingga melalui proses belajar akan dapat diperoleh kemajuan
yang lebih baik bagi gemerasi-generasi muslim di masa depan.
E. Pengaruh Perkembangan Dunia Islam terhadap Umat Islam di Indonesia
Pembaruan di negara-negara timur tengah tidak hanya tersebar di lingkungan
mereka sendiri, namun juga meluas hingga ke Indonesia. Pengaruh-pengaruh
dari pembaruan tersebut antara lain sebagai berikut.
Gema pembaruan yang dilakukan oleh Jamaludin Al Afgani an syekh Muhammadn
Abdul Wahhab sampai juga ke Indonesia, terutama terhadap tokoh-tokoh seperti
Haji Muhammad Miskin (Kabupaten Agam, Sumatera Barat), Haji Abdur Rahman
(Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat), dan Haji Salman Faris
(Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat). Mereka dikenal dengan nama Haji
Miskin, Haji Pioabang dan Haji sumaniik. Sepulang dari tanah suci, mereka
terilhami oleh paham syekh Muhammad Abdul Wahhab. Mereka pulang dari tanah
suci pada tahun 1803 M dan sebagai pengaruh pemikiran para pembaru timur
tengah tersebut adalah timbulnya gerakan paderi. Gerakan tersebut ingin
membersihkan ajaran Islam yang telah bercampur-baur dengan
perbuatan-perbuatan yang bukan Islam. Hal ini menimbulkan pertentangan
antara golongan adat dan golongan Paderi.
Pada tahun 1903 M murid-murid dari Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawy,
seorang ulama besar bangsa Indonesia di makkah yang mendapat kedudukan mulia
di kalangan masyarakat dan pemerintahan Arab, kembali dari tanah suci.
Murid-murid dari syekh ahmad inilah yang menjadi pelopor gerakan pembaruan
di minangkabau dan akhirnya berkembang ke seluruh Indonesia. Mereka antara
lain sebagai berikut : Syekh Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka),
Syekh Daud Rasyidi, Syekh Jamil Jambik dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (pendiri
Muhammadiyah)
Munculnya berbagai organisasi dan kelembagaan Islam modern di Indonesia pada
awal abad ke-20, baik yang bersifat keagamaan, politik maupun ekonomi.
Organisasi tersebut ialah sebagai berikut.
a. Jamiatul Khair (1905 M) yang merupakan wadah lembaga pendidikan dan
pengkaderan generasi muda penerus perjuangan Islam dan berlokasi di Jakarta
b. Muhammadiyah (18 November 1912) yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan. Ia
memiliki pemikiran yang tidak menghendaki berkembangnya bid’ah, tahayul
kurafat dan mengembalikan ajaran Islam yang sesuai dengan Al Qur’an dan
hadis di Yogyakarta
c. Al Irsyad (1914 M) dibawah pimpinan Ahmad Sukarti dan bertempat di
Jakarta.
d. Persatuan Islam (persis) dibawah pimpinan Ahmad Hasan yang didirikan
tahun 1923 di Bandung. Al Irsyad dan Persis memiliki bentuk gerakan yang
hampir sama dengan Muhammadiyah.
e. Seriakt Dagang Islam (1911) di bawah pimpinan Haji Samanhudi di Solo.
Pada awalnya gerakan tersebut bersifat ekonomi dan keagamaan. Akan tetapi
kemudian berubah menjadi kegiatan yang bersifat politik. Terjadi perubahan
kembali menjadi Partai Serikat Islam dan pada tahun 1929 kembali berubah
menjadi PSII (partai Serikat Islam Indonesia).
f. Jamiyatul Nahdatul Ulama (NU) yang lahir 13 Januari 1926 di surabaya di
bawah pimpinan KH Hasym Asyari. Nahdatul Ulama merupakan wadah para ulama di
dalam tugas memimpin masyarakat muslim menuju cita-cita kejayaan Islam.
Gerkannya kemudian juga berubah ke arah politik
g. Matla’ul Anwar (1905) di Menes, Banten yang didirikan oleh KH M. Yasin.
Organisasi ini bersifat sosial keagamaan dan pendidikan.
h. Pergerakan Tarbiyah (Perti) di Sumatera Barat yang didirikan oleh Syekh
Sulaiman Ar Rasuli pada tahun 1928. organisasi ini bergerak di bidang
pendidikan, membasmi bid’ah, khurafat dan tahayul serta taklid di kalangan
umat Islam
i. Persatuan Muslim Indonesia (Permi) yang didirikan pada tanggal 22 mei
1930 di bukit tinggi. Organisasi ini pada mulanya bersifat keagamaan, tetapi
kemudian menjadi partai politik yang menuntut kemerdekaan Indonesia.
Pemimpinnya adalah Muchtar Lutfi
j. Majlis Islam ‘Ala Indonesia yang didirikan atas prakarsa KH Ahmad Dahlan
dan KH Mas Mansur pada tahun 1937. pada mulanya organisasi ini tidak
terlibat pada kegiatan politik, tapi pada akhirnya terlibat pula dalam
politik praktis yaitu dengan melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa gerakan pembaruan yang menyebabkan
lahirnya organisasi keagamaan pada mulanya bersifat keagamaan, tetapi
seiring dengan kondisi masyarakat pada saat itu kemudian menjelma menjadi
kegiatan politik yang menuntut kemerdekaan Indonesia dan hal tersebut
dirasakan mendapat pengaruh yang signifikan dari pemikir-pemikir para
pembaru Islam, baik di tingkat nasional maupun internasional.
**HOLBLEURASHTER IN
NETWORKS
Payah ah ngopas dari LKS Pendidikan agama kelas 11.
BalasHapussama kyk pnya gw.
ga kreatif